Filsafat pendidikan pada garis besarnya dibagi kepada enam aliran yaitu aliran progresivisme, esensialisme, perenialisme, rekonstruksionisme, idealisme, dan realisme. Namun pada tulisan ini hanya menjelaskan tentang aliran progresivisme, esensialisme dan perenialisme.
Makalah Aliran Idealisme dan Realisme dalam Filsafat Pendidikan
Aliran perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah:
Progresivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat cepat. Dalam konteks filsafat pendidikan, progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik , tetapi hendaklah berisi berbagai aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka secara menyeluruh, sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data empiris dan informasi teoritis, memberikan analisis, pertimbangan dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapi. Dengan kemampuan berpikir yang baik, subjek didik akan menghasilkan keputusan-keputusan terbaik pula untuk dirinya dan masyarakat serta mudah beradaptasi dengan lingkungan. (Muhmidayeli, 2013)
Sebagai sebuah aliran filsafat pendidikan, progresivisme lahir sebagai protes terhadap kebijakan-kebijakan pendidikan konvensional yang bersifat formalis tradisionalis yang telah diwariskan oelh filsafat abad ke-19 yang dianggap kurang kondusif dalam melahirkan manusia-manusia sejati. Aliran ini memndang bahwwa metodologi pendidikan konvensional yang menekankan pelaksanaan pendidikan melalui mental dicipline, passive learning yang telah menjadi karakteristik pendidikan selama ini tidak sesuai dengan watak humanitas manusia yang sebenarnya. (Muhmidayeli, 2013)
Progresivisme muncul dari tokoh-tokoh filsafat pragmatis seperti Charles S. Peirce, William James dan John Dewey dan eksperimentalisme, seperti Francis Bacon. Tokoh lain yang juga ,memicu lahirnya aliran ini adalah John Locke dengan ajaran filsafatnya tentang kebebasan politik dan J.J Rousseau dengan ajarannya yang meyakini bahwa kebaikan berada dalam diri manusia dan telah dibawanya sejak lahir dan oleh karena itu ialah yang harus mempertahankan kebaikan itu agar selalu ada dalam dirinya. (Muhmidayeli, 2013)
Inti proses pendidikan bagi aliran ini terdapat pada anak didik, karena anak didik dalam konsepnya adalah manusia yang memiliki potensi rasio dan intelektual yang akan berkembang melalui pengkondisian pendidikan. Kendatipun demikian, anak didik mesti menentukan sendiri proses belajarnya. Eksistensinya memerlukam bimbingan dan pengarahan dari para pendidik. (Rukiyati, 2009)
Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran ini memiliki cirri utamanya yang menekankan, bahwa pendidikan mesti dibangun di atas nilai-nilai yang kukuh,, tetap stabil. Kemunculan nya adalah reaksi atas kecenderungan kehidupan manusia pada yang serba duniawi, ilmiah, pluralistic, dan materialistik, akibat dari prinsip pendidikan yang fleksible, terbuka untuk segala perubahan. Kondisi dunia yang telah merusak tatanan humanitas menjadi perhatian kelompok esensialime. (Muhmidayeli, 2013)
Aliran ini berpendapat, bahwa sumber segala pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Dalam bidang aksiologi, nilai bagi aliran ini, seperti kebenaran, berekar dalam dan berasal dari sumber yang objektif. Sumber ini merupakan perpaduan dari idealism dan realisme. Pemahaman objektif atas fakta dan peristiwa dalam kehiduapan juga menjadi pertimbangan proposional dalam ekspresi keinginan, rasa suka, kagum, tidak suka ada penolakan yang akhirnya melahirkan predikat baik dan buruk terhadap sesuatu. (George, 1982)
Tugas utama perenialisme adalah mempersiapkan peserta didik kearah kematangan rasiaonalitas dalam menghadapi berbagai problema dan kesulitan kehidupan. Tugas guru dalam aliran ini tentu lebih membimbing dan membantu peserta didik agar memiliki kemampuan intelektual dan soiritual yang memadain untik menghadapi problema kehidupan. Pada tingkat perguruan tinggi alira inimenekankan bahwa materi pembelajaran mestilah bersendikan filsafat, karena filsafat ini pada dasarnya adalah cinta intelektual dari tuhan. Dan hanya dengan cara demikian, dunia akademi di topang oleh sendi-sendi yang kuat dalam menghadapi realitas kehidupannya dalam masyarakat. (Dardiri, 2009)
Penerapan aliran perenialisme dalam pendidikan di Indonesia adalah anak didik diharapkan mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi pengembangan displin mental. Tugas utama pendidikan adalah mempersiapakan peserta didik ke arah kemasakan. Masak dalam arti hidup akalnya jadi akal inilah yang perlu mendapat tuntunan ke arah kemasakan tersebut. (Dardiri, 2009)
Lahirnya aliran-aliran dalam filsafat pendidikan pun selalu didasarkan atas keinginan menciptakan manusia-manusia ideal melalui jalur pendidikan. Aliran-aliran di dalam filsafat pendidikan di antaranya adalah progresivisme, perenialisme, essensialisme, rekonstruksionisme dan eksistensialisme.
Filsafat pendidikan realisme merupakan aliran dalam ilmu pengetahuan yang mempersoalkan objek pengetahuan manusia. Aliran ini memandang bahawa objek pengetahuan manusia berada diluar diri manusia. Realisme sanagat bertolak belakang dengan idealisme karena realisme memandang suatu bukti yang riil secara nyata sedangkan idealisme hanya dalam akal pikiran manusia.
Jadi filsafat realisme dibagi 2 yaitu Relisme Klasik/ Rasional dan Relisme Alam/ ReligiusJadi antara keduanya saling dikaitkan dalam dunia pendidikan sehingga akan menjadikan keberhasilan dalam pembelajaran.Contohnya : menanamkan pengertian lebih penting daripada menghafal, pelajaran di di sesuaikan dengan perkembangan anak ,memberi pelajaran dengan mendahulukan yang mudah dahulu.
Berbicara mengenai filsafat pendidikan terdapat hal yang perlu diketahui mengenai aliran-aliran filsafat pendidikan salah satunya adalah aliran filsafat pendidikan Esensialisme, banyak yang perlu kita ketahui dalam aliran tersebut. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana sebenarnya aliran filsafat pendidikan esensialisme itu, mencakup tentang esensialisme itu sendiri, tokoh-tokoh esensialisme, Tempat Asal Aliran Esensialisme Dikembangkan, Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan, Pandangan tentang Aliran Esensialisme segi ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri(memilih,melaksanakan
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta yang memenuhi tuntutan.
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan.
Perbedaan idealisme dan realisme adalah karena yang pertama menganggap bahwa rohani adalah kunci kesadaran tentang realita. Manusia mengetahui sesuatu hanya di dalam dan melalui ide, rohaniah. Sebaliknya realist berpendapat bahwa kita hanya mengctahui sesuatu realita di dalam melalui jasmani.
Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika banyak interaktif berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu. Menurut idealisme bahwa sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk.George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya kualitas tertentu. 2ff7e9595c
Comments